Pasar premium adalah golongan masyarakat berpendapatan menengah keatas. Golongan premium ini cenderung meningkatkan pendapatannya dengan cara berinvestasi. Kenaikan kekayaan dari hasil bekerja maupun berbisnis mendorong segmen premium Indonesia meningkatkan investasi pada semester I tahun depan. Namun, mereka tetap cenderung memilih produk-produk investasi berisiko rendah.
Sebanyak 54% dari total 200 responden yang dibidik pada survei HSBC Affluent Asian Tracker di Indonesia ternyata mengalami peningkatan kekayaan apabila dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya. Bagi 88% responden di Indonesia, ternyata peningkatan itu diperoleh dari hasil kerjanya sebagai karyawan. Sementara itu, sekitar 59% responden mendapatkan peningkatan kekayaan juga dari hasilnya berwiraswasta.
Meski badai krisis ekonomi global melanda cukup hebat pada tahun 2008, kondisi Indonesia yang relatif positif ternyata memebrikan dampak baik bagi kenaikan kekayaan segmen premium di Indonesia. Tak kurang 51% segmen itu selanjutnya berencana meningkatkan investasi pada semester pertama tahun 2010.
Produk investasi dengan tingkat proteksi tinggi akan menjadi sasaran para segmen premium untuk memanfaatkan peningkatan kekayaannya agar semakin bertambah. Produk seperti reksadana, asuransi, deposito, dan properti akan menjadi favorit mereka untuk berinvestasi. Tipikal investor Indonesia adalah mencari keuntungan besar dengan berinvestasi pada produk yang memiliki risiko minim atau kecil.
Oleh karena itu, tidak mengejutkan apabila sekitar 71% responden yang mewakili kalangan premium Indonesia relatif berhati-hati dalam merancang perubahan rencana investasi. Hanya sekitar 10% segmen premium memiliki keterbukaan menerima produk investasi yang lebih besar.
Budaya enggan mencari pengetahuan mengenai strategi investasi cukup memberi andil besar dalam berinvestasi pada produk berisiko tinggi. Hal itu tercermin dari portofolio investasi yang akan dilakukan pada semester I tahun 2010. Sebagian investor segmen premium bermain aman dengan tidak mendiversifikasikan investasinya karena takut akan risikonya.
Lahan yang akan menjadi sasaran investasi pun tak jauh dari pandangan, cukup di Indonesia. Ketakutan akan tingkat risiko yang tinggi di tengah ekonomi dunia yang belum stabil membuat segmen premium enggan merambah pasar global. Padahal, Asia Pasifik dan Cina dianggap sebagai pasar investasi paling potensial dalam enam bulan mendatang.
Alasan lain mengapa segmen premium enggan mendiversifikasikan investasinya adalah karena memang tidak memiliki tabungan yang cukup besar untuk berinvestasi. Selain itu, sangat mungkin segmen premium Indonesia memiliki kekayaan paling rendah dibandingkan dengan negara lain yang cukup agresif dalam berinvestasi.
Berikut ini adalah hasil survei segmen pasar premium Indonesia:
Asal Kekayaan
- Bekerja : 88%
- Bisnis/bangun perusahaan : 59%
- Warisan : 8%
Perilaku Investasi 6 Bulan Mendatang
- Meningkatkan investasi : 51%
- Tidak membuat perubahan : 29%
- Mengetahui strategi investasi lebih mendalam : 9%
- Diversifikasi : 6%
Jenis Investasi 6 Bulan ke Depan
- Deposito : 67%
- Asuransi jiwa : 45%
- Unit link : 28%
- Produk investasi terstruktur : 16%
- Reksa dana : 9%
Sumber Nasihat Berinvestasi
- Keluarga/kerabat : 73%
- Bank : 54%
- Teman : 26%
- Rekan kerja : 21%
Rencana Pengeluaran 6 Bulan Mendatang
- Properti : 56%
- Mobil : 30%
- Makan/hiburan/hobi : 23%
- Studi/kursus : 20%
- Petualang : 10%
- Barang mewah/memborong : 8%
Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Berinvestasi
- Memperoleh laba tambahan : 81%
- Mendengar peluang investasi baru dari teman : 54%
- Kabar baik tentang pasar : 39%
- Suku bunga sangat rendah : 19%
- Setelah konsultasi dengan penasihat keuangan : 12%
- Saat pasar saham naik : 10%
- Saat ada produk dan jasa keuangan yang baru : 10%
- Saat pasar saham turun : 6%
- Kabar buruk tentang pasar : 1%
Keterangan: Survei dilakukan terhadap 200 responden dan dilakukan dari tanggal 17 September – 2 Oktober 2009
Sumber:
Media Indonesia. Kamis, 10 Desember 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar