Krisis keuangan global mungkin telah memaksa banyak orang menunda liburan impiannya. Namun, konsumen rupanya masih mau membelanjakan uang untuk barang yang dianggap penting, yaitu produk kecantikan dan perawatan kesehatan.
Sebuah survei internasional oleh perusahaan riset pasar, Synovate, memperlihatkan pengeluaran untuk kosmetik dan perawatan kesehatan tampaknya tetap bertahan. Padahal, merosotnya perekonomian belakangan ini telah mengubah perilaku konsumen di seluruh dunia.
Survei itu menemukan, 41 persen orang merencanakan membelanjakan jumlah yang sama untuk kosmetik, seperti sebelum mulainya krisis ini. Hanya 27 persen yang mengatakan mereka akan mengurangi pengeluaran.
Sementara untuk produk-produk perawatan kesehatan, 55 persen responden mengatakan mereka akan membelanjakan jumlah yang sama. Hanya hanya 17 persen yang akan mengurangi pengeluaran.
Survei itu menanyai 11.500 orang di belasan negara, termasuk Brasil, Yunani, Meksiko, Belanda, Rusia, Inggris, dan AS.
Walau ada prakiraan ekonomi yang suram di negara mereka, responden dari Denmark, Brasil, dan Malaysia merupakan yang paling optimistis mengenai kekuatan perekonomian mereka. Adapun mereka yang dari AS dan Inggris adalah responden yang paling pesimistis.
AS telah terjebak dalam resesi ekonomi. Sementara data bulan Desember memperlihatkan Inggris bergerak mendekat ke resesi. Krisis ekonomi dunia muncul sejak tahun lalu, berawal dari krisis sektor perumahan AS yang kemudian memukul pasar keuangan global dan mengimbas ke perekonomian dunia.
Secara keseluruhan, konsumen di banyak negara mengatakan mereka mengurangi pengeluaran uang untuk barang- barang mewah.
Hanya 10 persen dari responden di Brasil yang mengakui akan membelanjakan lebih banyak untuk barang mewah. Sementara 49 persen penduduk Hongkong dan 72 persen warga Denmark mengatakan, pengeluaran mereka untuk barang-barang mewah akan tetap sama.
Lebih banyak konsumen, terutama di Brasil, Inggris, Perancis, Yunani, dan AS, mengatakan, mereka akan lebih ketat melihat harga sebelum berani melakukan transaksi.
Namun, banyak pembeli di Malaysia, Taiwan, dan Hongkong yang mengatakan mereka tidak terlalu memerhatikan harga barang sebelum membeli.
Kini, membeli tanpa perencanaan menjadi cerita lalu. Tak ada lagi pembeli yang membeli hanya karena suasana hati. Ini yang dungkapkan sekitar 82 persen orang Amerika, 76 persen orang Inggris, 78 persen orang Belgia, dan 70 persen orang Perancis.
Namun, 55 persen orang Hongkong dan 72 persen orang Denmark mengatakan membeli secara impulsif dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya.
Berlibur dan barang-barang bermerek merupakan yang hal pertama yang harus dikorbankan kala anggaran keluarga dipotong. Namun, pilihan-pilihan ini berbeda di seluruh dunia.
Bagi orang Amerika dan Yunani, makan di restoran bersama keluarga dan teman adalah hal pertama yang dicoret. Sementara orang Romania menunda membeli alat-alat berteknologi tinggi.
Orang Serbia memilih mengorbankan liburan, tetapi 81 persen orang Denmark menyebut tak ada yang mereka korbankan.
Sumber:
http://www.artikel-indonesia.co.cc/
Sebuah survei internasional oleh perusahaan riset pasar, Synovate, memperlihatkan pengeluaran untuk kosmetik dan perawatan kesehatan tampaknya tetap bertahan. Padahal, merosotnya perekonomian belakangan ini telah mengubah perilaku konsumen di seluruh dunia.
Survei itu menemukan, 41 persen orang merencanakan membelanjakan jumlah yang sama untuk kosmetik, seperti sebelum mulainya krisis ini. Hanya 27 persen yang mengatakan mereka akan mengurangi pengeluaran.
Sementara untuk produk-produk perawatan kesehatan, 55 persen responden mengatakan mereka akan membelanjakan jumlah yang sama. Hanya hanya 17 persen yang akan mengurangi pengeluaran.
Survei itu menanyai 11.500 orang di belasan negara, termasuk Brasil, Yunani, Meksiko, Belanda, Rusia, Inggris, dan AS.
Walau ada prakiraan ekonomi yang suram di negara mereka, responden dari Denmark, Brasil, dan Malaysia merupakan yang paling optimistis mengenai kekuatan perekonomian mereka. Adapun mereka yang dari AS dan Inggris adalah responden yang paling pesimistis.
AS telah terjebak dalam resesi ekonomi. Sementara data bulan Desember memperlihatkan Inggris bergerak mendekat ke resesi. Krisis ekonomi dunia muncul sejak tahun lalu, berawal dari krisis sektor perumahan AS yang kemudian memukul pasar keuangan global dan mengimbas ke perekonomian dunia.
Secara keseluruhan, konsumen di banyak negara mengatakan mereka mengurangi pengeluaran uang untuk barang- barang mewah.
Hanya 10 persen dari responden di Brasil yang mengakui akan membelanjakan lebih banyak untuk barang mewah. Sementara 49 persen penduduk Hongkong dan 72 persen warga Denmark mengatakan, pengeluaran mereka untuk barang-barang mewah akan tetap sama.
Lebih banyak konsumen, terutama di Brasil, Inggris, Perancis, Yunani, dan AS, mengatakan, mereka akan lebih ketat melihat harga sebelum berani melakukan transaksi.
Namun, banyak pembeli di Malaysia, Taiwan, dan Hongkong yang mengatakan mereka tidak terlalu memerhatikan harga barang sebelum membeli.
Kini, membeli tanpa perencanaan menjadi cerita lalu. Tak ada lagi pembeli yang membeli hanya karena suasana hati. Ini yang dungkapkan sekitar 82 persen orang Amerika, 76 persen orang Inggris, 78 persen orang Belgia, dan 70 persen orang Perancis.
Namun, 55 persen orang Hongkong dan 72 persen orang Denmark mengatakan membeli secara impulsif dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya.
Berlibur dan barang-barang bermerek merupakan yang hal pertama yang harus dikorbankan kala anggaran keluarga dipotong. Namun, pilihan-pilihan ini berbeda di seluruh dunia.
Bagi orang Amerika dan Yunani, makan di restoran bersama keluarga dan teman adalah hal pertama yang dicoret. Sementara orang Romania menunda membeli alat-alat berteknologi tinggi.
Orang Serbia memilih mengorbankan liburan, tetapi 81 persen orang Denmark menyebut tak ada yang mereka korbankan.
Sumber:
http://www.artikel-indonesia.co.cc/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar